Konon  katanya, Indonesia adalah tempat yang paling berbahaya di 
dunia...?  betapa tidak, disini ada ratusan gunung berapi yang siap 
meletus kapan  saja, ada tumbukan antar lempeng benua yang siap 
menimbulkan gempa, dan  masih banyak hal berbahaya lainnya yang mungkin 
saja belum tentu benar  adanya. Lepas dari itu semua ada pepatah juga 
yang mengatakan bahwa"  tempat terindah adalah tempat yang paling 
berbahaya di dunia" so  Indonesia is the most beautifull place in the 
world.
Pada artikel  kemarin aku tampilkan tentang keganasan letusan gunung 
Tambora. Kali  ini aku ingin menyampaikan tentang keindahan alam Gunung 
Tambora.
Gunung  Tambora dengan ketinggian hanya 2.851 (mdpl) mampu memikat hati 
para  pendaki dengan pesona alamnya yang sangat unik. Lebar kawah Gunung
  Tambora mencapai 7 km, keliling kawah 16 km, dan kedalaman kawah dari 
 puncak sampai dasar kawah 800 m, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal
  dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia) 
 akibat dari adanya letusan terdahsyat di dunia terkenal dengan ' The  
Largest Volcanic Eruption in History '.
Selain  itu keindahan Gunung Tambora lainnya adalah padang pasir luas di
  sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil sekitar 
0,5m  sampai 1,5m dengan jarak masing-masing berjauhan. Juga adanya 
keindahan  batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti 
meja  menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan
  sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis.
Yang tak bisa  dilewatkan adalah keindahan yang bisa dinikmati di puncak
 Gunung  Tambora. dengan pemandangan kawah. lautan. Pulau Satonda, 
padang pasir  luas yang indah. Gunung Tambora termasuk salah satu gunung
 yang indah di  Indonesia, tentunya dengan fenomena alam yang 
menakjubkan.
Pemandangan Sunset di lereng Gunung Tambora
Gunung  Tambora secara administratif terletak di Kabupaten Bima, Pulau 
Sumbawa,  dan secara geografis terletak antara: 80° - 25° LS dan 118° - 
00° BT  dengan ketinggian antara 0 hingga 2.851 mdpl, gunung tersebut 
merupakan  gunung tertinggi di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara 
Barat. Kawasan  Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi 
yaitu: Tambora  Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan 
Tambora Selatan  Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.
Tambora Utara Wildlife  Reserve dengan ketinggian antara 1.000 sampai 
2.281 mdpl sebagai kawasan  yang penting karena berfungsi sebagai daerah
 tangkapan air Kabupaten  Bima dan Kabupaten Dompu, dan sangat 
berpotensial untuk menjadi tempat  wisata karena ciri-ciri geologisnya 
sangat berbeda dengan kawasan  lainnya. Juga sebagai tempat perlindungan
 satwa (wildlife sanctuary).  Tambora Selatan Hunting Park dengan 
ketinggian antara 500 sampai 2.820  mdpl adalah kawasan yang dikelola 
secara khusus untuk daerah berburu.  Kawasan Gunung Tambora sangat kaya 
dengan kekayaan flora maupun fauna.  Jenis-jenis flora yang paling 
banyak dijumpai, antara lain: alang-alang  (Imperata cylindricca), 
Dendrocnide stimulans, Duabanga molluccana,  kantung semar (Eugenia sp),
 Ixora sp, edelweiss (Anaphalis viscida),  perdu, anggrek, jelatan/daun 
duri. Jenis-jenis fauna yang banyak  dijumpai, antara lain: rusa timor 
(Cervus timorensis). babi hutan (Sus  scrofa), kera berekor panjang 
(Macaca fasciculmris), lintah (Hirudo  medicinalis).
Gunung  
Tambora termasuk tipe gunung Strato Vulkanik. Gunung tersebut  
diperkirakan bentuk awalnya mencapai lebih dari 4.000 mdpl, sebelum  
peristiwa pada tanggal 5 April 1815 yang dikenal sebagai letusan gunung 
 berapi terbesar dalam sejarah. Letusan dahsyat gunung tersebut telah  
menyemburkan materi paling banyak dalam sejarah manusia, diperkirakan  
menyemburkan sebanyak 36 mil kubik, menciptakan kawah dengan diameter 7 
 km dengan kedalaman kawah 800 m, dan keliling kawahnya 16 km,  
mengalahkan letusan Gunung Krakatau yang menyemburkan 5 km kubik dan  
letusan tersebut menimbulkan lubang kawah selebar 5 km dengan kedalaman 
 kawah 500 m.
Ledakan dahsyat tersebut menyebabkan Gunung Tambora  dengan ketinggian 
di atas 4.000 mdpl menjadi 2.851 mdpl. Debu halus yang  disemburkan dari
 letusan Gunung Tambora menutupi langit di atas wilayah  yang luas 
sekali dengan radius 200 mil yang mengakibatkan daerah  tersebut menjadi
 hujan abu di kawasan seluas 900 mil.
Hal yang  menarik dari peristiwa ini adalah lapisan debu yang menyembur 
ternyata  telah menghambat sinar Matahari untuk mencapai Bumi yang 
mengakibatkan  terjadinya perubahan musim secara tiba-tiba di beberapa 
bagian Bumi dan  temperatur udara mengalami perubahan drastis di dunia. 
Pada musim panas  tahun 1815 di belahan Bumi sebelah utara menjadi musim
 dingin karena  kurangnya sinar matahari yang mampu menembus ke Bumi. 
Masyarakat di  Pulau Sumbawa mengalami kelaparan.
Tanah pertanian tertutup debu  dan tidak bisa diolah sehingga dalam 
waktu singkat sekitar 80.000  penduduk tewas karena kelaparan yang 
melanda Pulau Sumbawa dan juga  Pulau Lombok.Sebelumnya pernah terjadi 
pula letusan Gunung Tambora pada  tahun 1812 sehingga penduduk Sanggar 
menyaksikan kejadian tersebut,  walaupun tidak sedahsyat letusan tahun 
1815. Pada tanggal 5 April 1815  dentuman letusan gunung ini terdengar 
sampai ke Jakarta yang berjarak  1.250 km dan Ternate yang berjarak 
1.400 km. Hujan abu pertama jatuh di  Besuki, Jawa Timur. Pada tanggal 
10 dan 11 April 1815 dentuman letusan  Gunung Tambora terdengar sampai 
ke Pulau Bangka sejauh 1.500 km dan  Bengkulu yang berjarak 1.775 km 
serta gempa bumi yang terjadi bersamaan  dengan letusan gunung ini 
terdengar sampai Surabaya yang berjarak 600 km  dan mengakibatkan 92.000
 orang meninggal dunia. Jumlah ini lebih banyak  daripada jumlah korban 
letusan Gunung Krakatau yaitu sejumlah 36.000  orang.
Untuk melakukan pendakian ke Gunung Tambora sebaiknya  melalui jalur 
biasa, yang relatif lebih aman dibanding jalur lain. Untuk  mencapai 
Dusun Pancasila dapat menggunakan angkutan darat dari Cabang  Banggo 
Kabupaten Sanggar dapat ditempuh dalam 2 jam 15 menit. Para  pendaki 
bisa menginap di pondok Bpk Lewah, Kepala Dusun Pancasila, atau  di 
rumah Bpk M Yusuf yang akrab dipanggil ‘Babe’, seorang guide  pendakian 
Gunung Tambora yang sangat berpengalaman mengenai seluk-beluk  dan 
sejarahnya Gunung Tambora.
Dari Dusun Pancasila menuju ke Pos  I dapat ditempuh selama 1 jam 
berjalan kaki. Di Pos I tersebut terdapat  sebuah pondok(shelter) dan 
sekitar 20 m dari pondok terdapat mata air  berbentuk sumur dengan 
airnya yang jernih. Kemudian dari Pos I menuju ke  Pos II dapat di 
tempuh selama 1 jam, di pos tersebut terdapat tempat  datar untuk 
beristirahat dan sekitar 5 m dari tempat tersebut terdapat  sungai kecil
 yang mengalirkan air jernih. Dari Pos II melanjutkan  perjalanan 
kembali menuju ke Pos III melalui hutan yang lebat dan  vegetasinya 
cukup variatif, ditempuh selama 3 jam. Di Pos III tersebut  ada tanah 
datar luas, terdapat pula pondok tempat berteduh para pemburu  Rusa 
Timor, adapun cara berburunya yaitu dengan menggunakan anjing  pemburu 
sebagai pelacak dan menggunakan senapan laras panjang. Di Pos  III 
tersebut merupakan mata air terakhir untuk mengambil air.
Dari  Pos III menuju ke Pos IV melalui medan berhutan lebat dan dapat  
ditempuh dalam 1 jam, kemudian dari Pos IV menuju ke Pos V dapat  
ditempuh selama 30 menit, kemudian dari Pos V menuju ke Bibir Kawah  
dapat ditempuh selama 2 jam, dengan melalui vegetasi yang beralih dari  
vegetasi hutan ke vegetasi Sub Alpin dan dari vegetasi Sub Alpin menuju 
 kawasan berpasir. Selama perjalanan kita akan menikmati keindahan alam 
 yang menakjubkan dengan melalui jalur berpasir di kanan kirinya 
terlihat  keunikan tumbuhan Edelweiss yang berbeda dengan di 
gunung-gunung lain  yaitu bunga tersebut sangat pendek sekitar 0,5 m 
sampai 1,5 m dengan  letaknya masing-masing berjauhan sekitar 2 m sampai
 100 m. Juga adanya  jenis rerumputan dengan tinggi sekitar 1 m sampai 
1,5 m membentuk  barisan-barisan.
Selain itu juga ada batuan berlapis yang banyak  dijumpai di padang 
pasir dengan bagian atasnya datar seperti meja yang  lebar. Batuan 
berlapis tersebut telah mengalami proses perlapisan batuan  akibat dari 
adanya lelehan lahar setelah berkali-kali gunung tersebut  meletus. 
Lelehan lahar itu kemudian mengalami proses pembekuan serta  proses 
pembatuan. Dalam kurun waktu lama pada bagian-bagian lapisan  batuan 
yang kurang keras mengalami proses pengeroposan (korosi) kemudian  
hancur menjadi hamparan pasir. Sedang pada bagian-bagian batuan yang  
keras menjadi batuan yang berlapis-lapis dan pada bagian atasnya datar  
dengan jarak masing-masing batu sekitar 10 m lebih dengan ketinggian  
yang sama pada masing-masing batuan berlapis tersebut.
Setelah  sampai di bibir kawah para pendaki dapat menikmati pemandangan 
yang  indah kawah Doro Afi Toi (dari bahasa Bima, sebuah nama kawah 
Gunung  Tambora yang terkenal dengan letusan dahsyat yang mengalahkan 
letusan  Gunung Krakatau, juga dapat melihat lapisan batuan di sepanjang
 tebing  kawah Doro Afi Toi. Perjalanan dari bibir kawah menuju ke 
Puncak Gunung  Tambora ditempuh selama satu jam 30 menit dengan melalui 
hamparan padang  pasir dan di kanan kiri terdapat bunga Edelweiss serta 
batuan berlapis.  Sesampainya di Puncak Gunung Tambora dengan ketinggian
 2.851 mdpl para  pendaki akan lebih leluasa menikmati pemandangan yang 
indah, salah  satunya pesonanya adalah kawahnya yang sangat lebar dengan
 adanya telaga  hijau di dasar kawah akibat letusan terdasyat dalam 
sejarah sehingga  dapat menghasilkan fenomena alam yang sangat 
menakjubkan.
Asal  mula nama Gunung Tambora menurut cerita turun temurun ada dua 
versi  vaitu: Pertama, berasal dari kata "Lakambore" (bahasa Bima) yang 
berarti  "mau ke mana ?", untuk menanyakan tujuan bepergian kepada 
seseorang.  Kedua, dari kata “Ta” dan “Mbora”, dari bahasa Bima, kata 
"Ta" yang  berarti mengajak, dan kata "Mbora" yang berarti menghilang, 
sehingga  arti kata Tambora secara keseluruhan yaitu mengajak 
menghilang. Yang ini  berasal dari cerita turun temurun, dahulu ada 
seseorang sakti yang  pertama kali ke gunung tersebut (sekarang Gunung 
Tambora), bertapa dan  tidak diketemukan lagi karena telah menghilang di
 gunung tersebut. Kalau  istilah bahasa Jawa-nya moksa, yaitu menghilang
 jasadnya secara  tiba-tiba dan bisa dilihat oleh orang-orang tertentu 
yang mempunyai  kemampuan supranatural. Kemudian orang sakti yang 
menghilang tersebut  konon pernah menampakkan diri di sebuah pulau yang 
terletak di sebelah  barat laut Pulau Sumbawa juga dapat terlihat dari 
puncak Gunung Tambora.  Maka pulau tersebut dinamai Pulau Satonda dari 
kata “tonda” yang  berarti tanda/jejak kaki. Pulau tersebut dapat 
dilihat dari puncak  Gunung Tambora, tampak dari atas berbentuk telapak 
kaki kanan manusia.  Pulau Satonda sangat indah dengan pemandangannya 
yang masih alami, di  tengah-tengah pulau tersebut terdapat danau yang 
jernih dan dikelilingi  oleh tebing-tebing dari perbukitan yang masih 
alami. Diduga danau di  Pulau Satonda tersebut mempunyai terowongan dari
 gua bawah laut  menyambung dengan laut. Pulau Satonda dengan ketinggian
 antara 0 sampai  300 mdpl merupakan taman rekreasi (Recreation Park) 
dengan wilayah  seluas 1.000 Ha mempunyai ciri-cirinya yang unik.
Kini pulau  tersebut telah menjadi kawasan yang dilindungi (Strict 
Nature Reserve).  Pulau Satonda sangat baik untuk menjadi tempat untuk 
mempelajari hutan,  karena hutan di pulau tersebut pernah hancur akibat 
letusan Gunung  Tambora pada tahun 1815. Juga banyak ditemukan 
jenis-jenis ikan yang  baru dan hanya ditemukan di Danau Satonda saja. 
Pulau tersebut menjadi  habitat sejumlah besar jenis-jenis burung yang 
dilindungi. Kesemua  keindahan alam yang menjadi satu kesatuan 
menciptakan suatu fenomena  indah, unik.
sumber : http://simbilombo.blogspot.com/2012/01/keindahan-pemandangan-alam-bima-mbojo.html
Jumat, 25 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar
                          (
                          Atom
                          )
                        
0 komentar :
Posting Komentar